Foto: Liberius Langsinus |
Dua orang anak menemani orangtua mereka yang mengumpulkan kerikil pecah. Tampak timbunan kerikil pecah dan kantung semen yang terisi kerikil.
Pembangunan
jalan tani yang sejauh ini mencapai lebih dari tiga kilometer ternyata
berdampak langsung pada kegiatan masyarakat desa Watobaya. Jika sebelumnya
warga desa hanya mengandalkan penghasilan dari usaha pertanian dan perkebunan,
kini satu lagi usaha yang dilakukan warga untuk mendulang rupiah. Jenis usaha
tersebut adalah usaha pengadaan material lokal.
Tampak
di lapangan, warga desa mengumpulkan material kerikil pecah di sejumlah tempat.
Dengan berbekal peralatan pemecah batu, baik pria maupun wanita memadati lokasi
tambang material lokal untuk mengumpulkan batu. Batu-batu tersebut dipecah
menjadi kerikil dan disimpan ke dalam karung semen. Setiap dua puluh karung
semen ditaksir volumenya satu kubik.
Kerikil
pecah tersebut kemudian dibeli oleh tim pengelola pekerjaan jalan tani. Tiap
kubik kerikil pecah dihargai 500 ribu rupiah. Adapun harga ini lebih murah
daripada harus mengeluarkan tambahan dana untuk ongkos angkut material serupa
dari luar desa.
Dari
sejumlah paket pekerjaan rabat beton hingga kini, terhitung sudah ratusan kubik
material lokal yang digunakan. Volume material tersebut setara dengan
penerimaan uang ratusan juta rupiah. Uang yang diterima ini terhitung sebagai
penerimaan bruto yang cukup berpengaruh dalam peningkatan pendapatan per kapita
masyarakat setempat. (teks: Simpet Soge)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar